Malaysia Terdampak Konflik Laut Merah, Biaya Pengiriman Barang Naik 200%

Sabtu, 27 Jan 2024 11:20 WIB
SHARE

Jakarta – Dampak serangan Milisi Houthi di Laut Merah mulai berdampak terhadap negara tetangga yakni Malaysia. Di ‘Negeri Jiran’, ongkos pengiriman barang ke Eropa disebut naik hingga 200%.
Dilansir dari Free Malaysia Today (FMT), Rabu (24/1/3034), tarif pengiriman peti kemas dari Port Klang, Selangor menuju Rotterdam, Belanda, disebut melonjak 200%. Hal ini karena kapal-kapal Malaysia harus menempuh rute lebih panjang lewat Tanjung Harapan, Afrika Selatan karena alasan keamanan.

Pasalnya, serangan yang dilakukan Milisi Houthi terhadap berbagai kapal komersil di Laut Merah sejak November membuat perusahaan pelayaran besar dari berbagai negara mengambil rute memutari Afrika, termasuk Malaysia.

Menurut FMT, biaya pengiriman logistik dari Port Klang ke Rotterdam, yang menjadi pelabuhan utama Eropa, meningkat signifikan sejak 15-31 Desember 2023 dan dari 15-30 Januari 2024.

Biaya pengiriman kontainer berukuran 20 kaki meningkat dari US$ 975 atau Rp 15,3 juta (kurs Rp 15.720), untuk sekali pengiriman, menjadi US$ 3.300 atau Rp 51,8 juta (238%). Sedangkan biaya pengiriman kontainer berukuran 40 kaki, meningkat dari US$ 1.650 atau Rp 25,9 juta menjadi US$5.100 atau Rp 80,1 juta (209%).

“Harga naik karena risiko, premi asuransi, dan pengalihan rute pengiriman. Hal ini akan diteruskan ke konsumen jika mereka tetap bertahan,” kata ekonom Geoffrey Williams.

Menurut Geoffrey, sebanyak 15% dari perdagangan floval melewati Laut Merah. Serangan yang dilakukan Milisi Houthi kini betul-betul mengganggu jalur perdagangan penting, termasuk perdagangan Malaysia dan negara-negara ASEAN.

“Rute Laut Merah penting, namun tidak pasti, dalam mengganggu perdagangan Malaysia. Risikonya adalah apakah hal ini akan meningkat menjadi konflik regional yang lebih luas. (Jika iya) Dampaknya akan lebih signifikan,” sambungnya.

Sebagai pembalasan atas serangan Houthi di Laut Merah, pesawat tempur, kapal, dan kapal selam Amerika Serikat dan Inggris pun telah melancarkan puluhan serangan di seluruh Yaman. Hal ini memperluas tensi konflik regional setelah Israel bertempur dengan Hamas di Jalur Gaza.

Di Malaysia, Federasi Produsen Malaysia (FMM) lantas memperingatkan eksportir dan importir bahwa tarif angkutan kemungkinan akan meningkat tiga kali lipat tahun ini karena krisis di Laut Merah.

Manajer Umum Otoritas Pelabuhan Klang, K Subramaniam, mengatakan bahwa krisis Laut Merah membuat jumlah kapal yang singgah di pelabuhan Malaysia lebih sedikit. Hal ini karena kapal menghabiskan waktu lebih banyak saat melewati Tanjung Harapan.

Ia mengatakan perjalanan pulang-pergi dari Port Klang ke Rotterdam biasanya memakan waktu 65 hari melalui Laut Merah dan Terusan Suez. Namun, jika kapal menghindari mengambil rute mengitari Tanjung Harapan, waktu perjalanan diperkirakan mencapai 85 hari.

“Pengirim harus menunggu lebih lama hingga kapal tiba di pelabuhan dan kontainer juga akan menghabiskan lebih banyak waktu di pelabuhan,” katanya.

“Jadwal akan terlewat karena semakin banyak kapal yang berlayar. Kargo akan berada di pelabuhan lebih lama, sehingga menimbulkan tantangan operasional. Tapi kita belum melihat hal ini di sini. Kita akan melihat dampaknya setelah dua atau tiga bulan,” jelasnya.

Namun Subramaniam menilai, tidak menutup kemungkinan kapal-kapal terpaksa bersaing untuk mendapatkan tempat untuk bisa berlabuh dan membongkar muatannya.

Mantan Presiden Asosiasi Pelabuhan dan Pelabuhan Internasional ini pun melihat Tanjung Harapan tidak akan mudah dilewati jika konflik Laut Merah berlanjut hingga April atau Mei. Pasalnya, angin musim dingin berhembus kencang di wilayah tersebut.

Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7157635/malaysia-terdampak-konflik-laut-merah-biaya-pengiriman-barang-naik-200