Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) melihat distribusi BBM subsidi seperti Pertalite masih salah sasaran. Itulah mengapa, mereka akan melakukan pembatasan terhadap kelompok kendaraan tertentu.
Dalam presentasinya di Gedung Kemenko Marves, Jakarta Pusat, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, pihaknya belum menentukan kapan pengetatan Pertalite mulai berlaku.
Selain itu, pihaknya juga belum bisa memastikan, kendaraan jenis apa saja yang dilarang membeli Pertalite. Namun, jika memakai skenario yang beredar, maka ada sekira tujuh persen kendaraan yang akan terdampak pengetatan tersebut.
“Ada kendaraan yang nantinya tidak bisa lagi isi BBM Pertalite. Kalau pakai skenario yang beredar di media (kendaraan bermesin di atas 1.400cc tak bisa mengisi Pertalite), maka yang terdampak hanya tujuh persen dari total kendaraan,” ujar Rachmat Kaimuddin, belum lama ini.
Jika diurai lebih rinci, tujuh persen tersebut merupakan mobil pelat hitam bermesin 1.400-1.500cc (3%), mobil pelat hitam lebih dari 1.500cc (3%) dan mobil nonpelat hitam (1%). Sementara pengguna terbesar masih berasal sepeda motor dengan populasi 120 juta unit di Indonesia.
“Subsidi tepat sasaran ini kan sebagai policy sendiri harus dilakukan, karena kita lihat betapa besar subsidinya, kita dorong kebijakan bersama. Subsidi tepat sasaran harusnya menjadi kebijakan, ketika itu terjadi maka akan berlaku secara nasional,” ungkapnya.
BBM Subsidi Dinikmati Kaum Mampu
Di uraian yang sama, Kaimuddin menjelaskan, 80 persen BBM Pertalite dinikmati kelompok masyarakat di desil 5 hingga 10 yang masuk kategori sejahtera. Sementara kebutuhannya mencapai 19 juta KL selama setahun.
Penyaluran BBM subsidi lain seperti Solar juga salah sasaran, bahkan angkanya lebih parah. Kabarnya, 95 persen bahan bakar tersebut dinikmati kelompok mampu dengan konsumsi 15 juta KL per tahun.
Besaran dana yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi BBM selalu berubah-ubah setiap tahun. Namun, rata-rata mereka mengeluarkan Rp 119 triliun untuk menjalankan program tersebut. Sementara subsidi terbesar yang pernah dikeluarkan terjadi pada 2022, yakni Rp 292 triliun!
“BBM subsidi hari ini disinyalir belum tepat sasaran, makanya kita usulkan supaya ada penyaluran BBM tepat sasaran yang saat ini dimulai dari solar,” kata dia.
Sumber : https://oto.detik.com/berita/d-7540747/pertalite-mau-dibatasi-segini-kendaraan-yang-bakal-terdampak