Jurus Pelindo Bereskan Berbagai Persoalan di Pelabuhan

Selasa, 22 Nov 2022 10:54 WIB
SHARE

Jakarta – Marunda atau Cakung ke Pelabuhan Tanjung Priok berjarak kurang lebih 10 km, tapi waktu tempuh dari dua sentra industri itu kalau sore hari bisa sampai 3-4 jam. Kemacetan yang terjadi pada dua ruas jalan tersebut menjadi salah satu penghambat arus barang ke pelabuhan terbesar di Indonesia itu.
“Kongesti terjadi di akses masuk Tanjung Priok. Padahal, pelabuhan sudah cukup efisien, arus bongkar juga lebih cepat dan produktivitas meningkat,” kata Direktur Utama PT Pelindo Solusi Logistik (PSL) Joko Noerhudha, Jumat (18/11/2022).

Subholding Pelindo Solusi Logistik terbentuk sejak merger Pelindo (Persero) pada 1 Oktober 2021. Bisnis utama Subholding ini adalah logistik dan pengembangan hinterland atau industri yang ada di sekitar pelabuhan.

Karena itu, Pelindo Solusi Logistik sangat berkepentingan dengan akses menuju dan dari pelabuhan untuk memperlancar arus barang, sekaligus mengoptimalkan aset-aset yang ada di Pelindo, termasuk depo dan gudang, untuk mencapai visi sebagai “The Best Solution Provider for an Integrated Logistics Ecosystem.”

Kongesti itu, kata Joko, merugikan semua pihak. Pengusaha angkutan tidak bisa meningkatkan produktivitas karena belum lancarnya akses menuju pelabuhan seperti sekarang, truk kontainer hanya bisa melintas sekali dalam sehari. Mestinya, dengan jarak dari wilayah hinterland seperti Bekasi dan Karawang, truk-truk tersebut bisa menempuh 3-4 trip sehari.

“Ongkos kemacetan ini akhirnya harus ditanggung pengusaha. Kalau bisa 3-4 trip, cost per unit-nya bisa turun cukup signifikan,” katanya.

Pembenahan jalan akses menuju Tanjung Priok dari arah hinterland di Timur Jakarta sangat krusial untuk diatasi. “Enam puluh persen barang datang dari kawasan industri di Timur Jakarta,” kata Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono pada saat peresmian jalan tol Cibitung-Cilincing. Peresmian jalan tol Cibitung-Cilincing ini dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada 20 September lalu.

Dengan peresmian tersebut, total jalan tol Cibitung-Cilincing yang sudah beroperasi menjadi 27,1 km. Saat ini, jalan tol JTCC masih terlihat sepi karena ada satu segmen lagi yang sedang dikebut penyelesaiannya dan ditargetkan akan tuntas pada akhir 2022 yakni ruas Tarumajaya-Cilincing sepanjang 7,28 km. Jalan tol ini juga nantinya akan terhubung langsung dengan Terminal Kalibaru atau New Priok Container Terminal melalui New Priok Eastern Access.

Jika ruas tol ini sudah beroperasi penuh, menurut Arif Suhartono, waktu tempuh Cibitung menuju Tanjung Priok hanya sekitar setengah jam. Saat ini, truk-truk tersebut menuju Tanjung Priok melalui Jalan Tol Cikampek kemudian masuk ke Jakarta Outer Ring Road (JORR) Seksi E dengan waktu tempuh normal sekitar 1-1,5 jam. Tapi, pada jam-jam sibuk, seperti pada sore hari, waktu tempuh bisa melar sampai lebih dari 2 jam.

Selain akses jalan tol, Pelindo Solusi Logistik juga melakukan kegiatan transportasi multimoda untuk menyiapkan beberapa akses sehingga dapat memperlancar arus barang menuju dan keluar dari pelabuhan. Salah satunya adalah jalur kereta api dari Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di Simalungun, Sumatera Utara, ke Terminal Multi Purpose Kuala Tanjung di Selat Malaka yang berjarak sekitar 50 km. Pelindo tengah mengembangkan Kuala Tanjung sebagai hub untuk logistik dan supply chain.

Selain fokus pada akses, Pelindo Solusi Logistik juga melakukan bisnis pergudangan dan pengembangan hinterland. Seperti diketahui, pasca serah terima operasi pada awal Januari 2022, Pelindo Solusi Logistik kini memiliki ratusan depo dan gudang yang dulu dikelola PT Pelindo I-IV dan anak-anak usahanya. “Kita ingin mengoptimalkan utilisasi gudang-gudang yang ada di bawah pengelolaan PT PSL,” kata Joko.

Di bisnis logistik, Pelindo Solusi Logistik harus mampu memberikan Value kepada pelanggan (customer focus) dengan menawarkan efisiensi dan visibiltas proses melalui standarisasi dan digitalisasi layanan. Para pemilik barang sekarang bisa memanfaatkan keunggulan lokasi dan layanan gudang-gudang Pelindo untuk kegiatan konsolidasi barang eksport/ import maupun sebagai buffer inventory. Pengguna jasa tak perlu lagi membangun gudang sendiri.

“Mereka mendapatkan layanan yang lebih efisien, visibilitas proses (Tracking) , ditambah dengan lokasi gudang yang berada di wilayah atau dekat dengan pelabuhan,” jelasnya.

Pelindo Solusi Logistik juga masuk ke bisnis trucking. Dengan begitu, PSL bisa memberikan layanan logistik yang sepenuhnya terintegrasi. Tentu saja, kata Joko, Pelindo Solusi Logistik tidak akan masuk ke bisnis antaran ke konsumen (point to point) atau biasa disebut Business to Consumer (B2C), tapi Business to Business (B2B), antar-jemput barang dari gudang ke pelabuhan atau sebaliknya.

Agar visi PSL dapat tercapai, di sisi internal perusahaan juga dilakukan upaya-upaya peningkatan mindset pelayanan , marketing dan sales yang tentunya membutuhkan effort yang cukup masif di semua lini usaha. Peningkatan Service mindset tersebut akan menjadi value utama yang diinginkan pengguna jasa, karena selama bisnis kita sebagai solusi untuk masalah dan kebutuhan pelanggan maka layanan kita akan tetap relevan di era disrupsi saat ini.

Untuk memberikan layanan yang efisien, Pelindo Solusi Logistik terus menekankan perlunya pimpinan di level menengah dan operasi untuk menerapkan lean operation: bagaimana memberikan proses layanan sesuai service level agreement dengan proses bisnis dan sumber daya seefisien mungkin. “Kita sekarang mulai terbiasa bicara tentang efisiensi. Bagaimana pun PSL tetap harus punya margin, meskipun kecil.” PSL tidak bisa lagi hanya bicara tentang besaran sales, tapi juga bagaimana supaya tetap mendapat margin keuntungan dengan harga yang kompetitif dan memuaskan pelanggan.

Sebetulnya, kata Joko, di tengah persaingan yang sangat ketat di bisnis logistik, Pelindo Solusi Logistik bisa memberikan layanan dalam volume yang besar dengan margin kompetitif, sepanjang prosesnya benar-benar efisien. “Sudah ada improvement. Market share kita naik terus,” kata Joko yang pernah ditugasi Kementerian BUMN menjadi Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis PT Pelindo I.

Untuk terus bisa bersaing, menurut Joko, kata kuncinya adalah capacity building. Joko menceritakan, logistik sesungguhnya merupakan lengan bisnis Pelindo yang relatif masih muda dan harus terjun ke bisnis yang sifatnya sudah red ocean. “Kami harus terus mengasah kemampuan karena persaingan dan teknologi terus berubah dengan cepat, terutama di tengah era digitalisasi. Kita bisa melihat bedanya bisnis logistik 10 tahun lalu dengan sekarang.”

Selain itu, Pelindo Solusi Logistik juga harus memiliki value proposition yang kuat agar bisa meraih pelanggan sebanyak mungkin dan menjadikan PSL terus relevan bagi mereka. “Banyak perusahaan yang tutup bukan karena ketidakmampuan berinovasi, tapi karena keberadaan mereka sudah tidak relevan lagi dengan market.” Dia mencontohkan Nokia yang selama bertahun-tahun menjadi pemimpin pasar, tapi kini tenggelam.

Karena itu, PSL juga juga akan fokus pada pengembangan hinterland yang benar-benar berada di belakang pelabuhan. Salah satunya di Kijing, Mempawah, Kalimantan Barat. Kawasan industri di sana menempel dengan pelabuhan, sehingga transportasinya benar-benar efisien, baik untuk bahan baku maupun produk akhir. Di Benoa, Bali ada Bali Maritime Tourisme Hub (BMTH). Di sana PSL fokus pada pengembangan Pusat Logistik Berikat (PLB) untuk high value product yang diangkut melalui moda transportasi udara, sebagai alternatif mengantisipasi kawasan logistik Bandara I Gusti Ngurah Rai yang sudah sangat padat.

Di ruas Jalan Tol Cibitung-Cilincing, nantinya akan dibangun Logistic Hub yang menyatu dengan rest area. Di Logistic Hub, para pemilik barang bisa mengkonsolidasikan barangnya agar bisa diangkut melalui kapal dengan biaya yang lebih efisien. Tidak jarang ada perusahaan yang mengirim barang tak sampai satu kontainer. Karena itu, ada perusahaan jasa yang mengkonsolidasikan mereka untuk digabung dalam satu kontainer. Tentu saja biaya pengirimannya jadi lebih murah.

Tujuan akhirnya adalah menurunkan biaya logistik. Berdasarkan Laporan Bank Dunia mengenai Logistics Performance Index 2018, Indonesia berada di posisi ke-51 dari 167 negara, Vietnam (45), Malaysia (35), Thailand (34), dan Singapura bahkan di tempat ke-5. Biaya logistik Indonesia masih di sekitar 23 persen. Biaya itu harus diturunkan agar produk-produk Indonesia bisa berkompetisi dengan barang negara lain.

Saat ini, Pelindo Solusi Logistik mengoperasikan jaringan logistik dan hinterland development di lebih dari 40 wilayah kerja yang tersebar di seluruh Indonesia dan mengelola 6 Anak Perusahaan, yaitu PT Multi Terminal Indonesia, PT Akses Pelabuhan Indonesia, PT Prima Indonesia Logistik, PT Nusantara Terminal Services, PT Menara Maritim Indonesia dan PT Prima Pengembangan Kawasan yang terus memberikan layanan secara end-to-end dengan memperluas konektivitas dan menciptakan kemitraan strategis.

 

Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6413441/jurus-pelindo-bereskan-berbagai-persoalan-di-pelabuhan